(Bagian II)
Lihat: Opsi Cerdas SBY Usung Jokowi – AHY
Pemenang pilpres 2014 sesungguhnya adalah SBY. Pernyataan itu dilontarkan akun twitter Triomacan2000 / TM2000Back sesaat setelah KPU mengumumkan hasil akhir perhitungan suara pilpres 2014.
Banyak orang menuding pernyataan TM2000 itu ngaco. Tidak masuk akal. Hanya memancing kontroversi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak fakta terungkap yang membuktikan kebenaran pernyataan TM2000 itu.
Setelah tiga tahun berlalu dari pilpres 2014, sebagian kalangan menilai situasi kondisi bangsa Indonesia pada hari ini hingga menjelang pilpres 2019 mendatang, menempatkan posisi politik SBY sangat menguntungkan, membuka peluang bagi SBY untuk meneruskan suksesi presiden kepada putra sulungnya: Agus Harymurti Yudhoyono atau AHY.
Apa dasar pemikiran sehingga sampai pada kesimpulan tersebut di atas?
Tidak dapat dipungkiri bahwa peluang terbesar untuk menjadi cawapres pendamping Capres Jokowi pada pilpres 2019 adalah AHY.
Hal didasarkan pada realita konstelasi politik nasional sebagai berikut:
Hubungan Presiden Jokowi dengan partai pengusungnya yaitu PDIP dalam kondisi kurang harmonis dan diprediksi akan semakin memburuk pada saat pilpres 2019 mendatang.
Memburuknya hubungan Jokowi dengan PDIP tidak terlepas dari manuver KPK yang secara intens membidik Ketum PDIP Megawati SP melalui penyidik kasus korupsi BLBI, dalam hal ini korupsi pada penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI Bank BDNI atas nama Syamsul Nursalim. Konglomerat pemilik BDNI yang sudah lama buron itu dituduh melakukan korupsi yang merugikan negara Rp37 triliun.
KPK telah menetapkan Syarifuddin Temenggung mantan Kepala BPPN sebagai tersangka korupsi pada BLBI BDNI. Syafruddin adalah orang dekat Megawati yang menjabat Kepala BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) pada masa Presiden Megawati SP.
Perkembangan penyidikan korupsi SKL BDNI yang terus disidik KPK mengungkapkan bahwa bukti- bukti baru terkait dugaan keterlibatan Presiden Megawati pada korupsi penerbitan SKL BLBI BDNI atas nama Syamsul Nursalim sudah ditemukan KPK.
Pernyataan KPK kepada media yang mengungkap dugaan keterlibatan Presiden Megawati menyebabkan kemarahan besar PDIP. Mereka menuding KPK tengah melakukan upaya kriminalisasi terhadap Megawati Ketum PDIP, untuk kepentingan politik tertentu yang maksud dan tujuannya untuk manyendera Megawati dan PDIP sebagaimana yang telah terjadi dilakukan KPK terhadap Setya Novanto dan Partai Golkar.
Golkar Dalam Genggaman LBP
Pasca penetapan Setya Novanto sebagai tersangka korupsi EKTP oleh KPK, diduga telah terjadi kesepakatan atau deal di balik layar antara pihak Istana dalam hal ini LBP dengan Setya Novanto. Kesepakatan haram itu disinyalir terkait ‘penyerahan kekuasaan Setya Novanto selaku ketua umum Partai Golkar kepada LBP sebagai kompensasi dicabutnya status tersangka Setya Novanto melalui putusan praperadilan. Meski secara hukum ketum Golkar itu sudah tidak berstatus tersangka, namun Setnov telah terjerat penyanderaan karena KPK setiap saat dengan mudah dapat menetapkan kembali status tersangka atas Ketua DPR itu berdasarkan bukti baru kasus korupsi EKTP dan atau sejumlah kasus korupsi lain yang disidik KPK.
“Kami memiliki 200 bukti korupsi. Setya Novanto tidak bisa lari,” gertak Wakil Ketua KPK Saut Sitomorang tak lama setelah Hakim Praperadilan memenangkan gugatan Setnov terhadap KPK. Pernyataan KPK ini jelas hanya gertak sambal belaka. Saut Situmorang adalah orang kepercayaan LBP yang ditempatkan di KPK untuk mengamankan agenda politik LBP, salah satunya menyandera posisi Setya Novanto.
Tak lama setelah Setnov dimenangkan hakim praperadilan, Golkar melakukan perombakan besar-besaran pada personalia DPP Golkar untuk merealisasikan kesepakatan penyerahan kekuasaan Partai Golkar kepada LBP. Melalui pergantian kepengurusan DPP Golkar, LBP secara tidak resmi telah menjadi Ketua Umum Bayangan Partai Golkar. Penunjukan dua mantan Danjen Kopassus orang kepercayaan LBP yaitu Letjen Lodewijk Paulus dan Letjen Eko Wiratmoko sebagai Korbid Kajian Strategis dan Korbid Polhukam DPP Golkar menegaskan hegemoni LBP di Partai Golkar.
Selain kedua jenderal binaan LBP itu, juga terdapat orang kepercayaan LBP seperti mantan Kabareskrim Polri Komjen Pol Anang Iskandar dan mantan terpidana kasus pembunuhan Nasrudin yakni Sigit Haryo Wibisono sebagai Korwil Jawa Timur DPP Partai Golkar. Tinggal PDIP yang belum berhasil disandera oleh LBP melalui KPK. Apa hubungan keberhasilan LBP menyandera Partai Golkar dan menjepit PDIP terhadap posisi politik SBY ?
Secara kasat mata publik tidak melihat hubungan erat antara keberhasilan manuver LBP dengan peluang AHY menjadi cawapres pendamping Jokowi pada pilpres 2019. Benang merah yang menghubungkan manuver politik LBP dengan skenario opsi pertama SBY menduetkan Jokowi-AHY adalah fakta adanya kesepakatan awal antara SBY dengan LBP dan kelompok jenderal binaan LB Moerdani yang dibuat sebelum Jokowi terpilih sebagai presiden tahun 2014 lalu.
Koalisi Hantu SBY – LBP Dkk
Pada akhir tahun 2012 tak lama setelah Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, Presiden SBY melakukan kesepakatan politik dengan kolega dan kelompok jenderal purnawirawan TNI binaan LB Moerdani. Kesepakatan SBY dengan LBP, AMHP, Agum Gumelar, Sutiyoso dkk itu mengenai rencana strategis penguasaan politik dan kepemimpinan nasional RI.
Berdasarkan laporan intelijen terungkap bahwa Presiden SBY menyatakan kesediaan memberikan dukungan dan mengamankan misi para jenderal purnawirawan mendudukan Jokowi sebagai Presiden RI periode 2014-2019 dan mengamankan periode kedua 2019-2024. Di mana pada periode kedua ini Jokowi didamping Wakil Presiden Agus Harymurti Yudhoyono (AHY).
Sebagai bukti pemenuhan kesepakatan tersebut, Presiden SBY pada Januari 2013 mengangkat Mayjen TNI Moeldoko mantan Sespri AM Hendopriono sebagai Wakasad dan segera mempromosikannya menjadi Kasad, selanjutnya menjadi Panglima TNI.
Karir jenderal Moeldoko yang sebelumnya diprediksi tamat paska pencopotannya dari Pangdam Siliwangi, ternyata malah sebaliknya. Melesat tinggi ke puncak pimpinan TNI. Sebagai Panglima TNI misi utama Moeldoko adalah mengamankan agenda politik SBY – LBP, AMHP dkk menjadikan Jokowi sebagai presiden pada pilpres 2014. Terbukti SBY telah menunaikan komitmennya. Adalah logis jika SBY balik menagih komitmen dari LBP, AMHP dkk sebagai balasannya.
Adalah menjadi kewajiban LBP, AMHP dkk untuk mengamankan agenda politik SBY yang juga merupakan agenda politik LBP dkk yakni memastikan AHY terpilih sebagai Wakil Presiden RI 2019-2024, mendorong AHY sebagai Presiden RI 2024-2029 dan Presiden RI 2029-2034.
Untuk mewujudkan rencana strategis SBY tersebut, koalisi dengan para jenderal purnawirawan binaan LB Moerdani adalah suatu keharusan dan telah dilakukan SBY sejak akhir 2012 lalu. Sebelum koalisi dan kesepakatan strategis itu dipastikan terwujud, SBY sudah sejak 2007 ikut memantau dan terlibat dalam persiapan mengkader Jokowi sebagai bakal calon presiden 2014.
Peran SBY Sejak 2007
Keterlibatan SBY terungkap melalui penempatan Letjen Agus Widjojo salah satu orang terdekat SBY sebagai komisaris di PT Rakabumi Sejahtera, perusahaan patungan kuasi LBP dan Jokowi yang didirikan pada tahun 2007. Perusahaan ini sebagai penampung dan penyalur uang untuk biaya operasional pencitraan dan kampanye Jokowi di Surakarta dalam rangka merebut posisi Gubernur DKi Jakarta pada pilkada 2012.
Tak lama setelah pilkada Jakarta 2012 selesai, PT Rakabumi Sejahtera lenyap ditelan bumi. Seluruh kantor, gudang berikut pabrik dan segala isinya musnah ludes akibat peristiwa kebakaran yang terjadi sebanyak tiga kali hanya dalam waktu dua bulan. Semua jejak keterlibatan SBY – LBP dkk dalam operasi kegiatan persiapan Jokowi menjadi Presiden RI dilenyapkan seketika.
Mutasi dan promosi lebih dua ratus jenderal dan kolonel di lingkungan TNI dilakukan Presiden SBY hanya dalam waktu enam bulan menjelang masa jabatan presiden berakhir. Pengangkatan Jenderal Gatot sebagai Kasad oleh Presiden SBY dan selanjutnya ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI, menegaskan koalisi SBY – LBP dkk terus berjalan dan semakin solid.
SBY sebelum pensiun sebagai presiden menunjuk Mayjen TNI Andika Perkasa menantu Jend Purn AM Hendropriono sebagai Dan Paspampres untuk mengamankan dan melindungi keselamatan pribadi Presiden Jokowi dan keluarganya.
Sebagai mana diuraikan sebelumnya, koalisi SBY dengan Jokowi diwujudkan secara samar melalui penempatan orang-orang kepercayaan SBY di kabinet dan pemerintahan Jokowi, antara lain: Letjen TNI Purn Agus Widjojo (Gubernur Lemhanas), Sri Mulyani (Menkeu), Agus Martowardoyo (Gubernur BI), Lukman H Saefuddin (Menteri Agama) dll.
Di luar itu SBY tanpa diketahui publik rutin menjalin komunikasi intens dengan Presiden Jokowi. Hampir setiap bulan Jokowi dan SBY melakukan komunikasi membahas isu dan permasalahan pemerintahan Jokowi.
Apakah pernikahan Kahiyang putri Jokowi dengan Erwin Nasution pada 8 November 2018 mendatang juga merupakan bagian dari koalisi SBY – Jokowi?
Bagaimana kelanjutan operasi intelijen yang dilakukan koalisi hantu SBY – LBP, AMHP dkk untuk mewujudkan kemenangan Jokowi – AHY pada pilpres 2019 dan memuluskan AHY sebagai Presiden RI 2024 ?
(Bersambung)