Sikap tegas Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menghadapi berbagai pelanggaran hukum terkait keberadaan proyek properti Meikarta yang menelan investasi sebesar Rp278 triliun, ternyata berakibat fatal terhadap bakal calon gubernur Jawa Barat itu.
Deddy Mizwar yang sebelumnya dinilai banyak kalangan sebagai calon gubernur (cagub) terkuat bakal jadi pemenang pilkada Jawa Barat tahun 2018, mendadak gembos seperti balon ditusuk jarum. Partai Gerindra secara mendadak menarik dukungannya kepada Deddy Mizwar. Seribu satu alasan disampaikan Partai Gerindra sebagai dasar penarikan dukungan, namun dapat dipastikan sikap balik arah dan khianat partai pengusung capres Prabowo itu disebabkan tekanan dan atau bujuk rayu James Riady, pemilik proyek Meikarta kepada Prabowo dan Hashim Djojohadikusumo.
Belum jelas apa kompensasi materil dan politik diterima Prabowo dan atau Hashim Djojohadikusumo sehingga Prabowo akhirnya bertekuk lutut di bawah kaki James Riady, konglomerat Indonesia yang ditenggarai pihak Otoritas Amerika Serikat sebagai agen intelijen senior badan intelijen militer China atau China Military Intellegence (CMI).
Dapat dipastikan penolakan Deddy Mizwar berkompromi dengan pihak Meikarta atau James Riady telah menjadi penyebab penarikan dukungan Partai Gerindra kepada Deddy Mizwar sebagai Cagub Jawa Barat pada Pilkada 2018.
Untuk kesekian kali terbukti kesaktian James Riady konglomerat terkemuka Indonesia, yang juga dikenal luas di dunia internasional sebagai salah satu tokoh politik China paling berpengaruh di dunia.
Kedekatan James Riady secara pribadi dengan Bill dan Hilary Clinton, Obama dan elit politik Partai Demokrat AS sudah lama menjadi rahasia umum kalangan elit politik dunia. James bahkan disebut sebagai bagian dan anggota inti dari paguyuban elit paling berpengaruh Amerika Serikat yakni Arkansas Connection. Sebuah paguyuban politik yang diyakini sebagai kelompok elit pengendali kebijakan Partai Demokrat AS dan Phemerintah AS / Gedung Putih bilamana Partai Demokrat sedang berkuasa melalui kadernya sebagai Presiden Amerika Serikat.
Lippogate: Intervensi China pada Pilpres AS
Mayoritas rakyat Indonesia tidak mengetahui sosok James Tjahja Riady yang sebenarnya. Rakyat Indonesia kebanyakan hanya sebatas tahu beliau adalah konglomerat pemilik grup usaha Lippo yang mempunyai ratusan perusahaan mulai dari properti hingga industri media.
Dulu James Riady identik dengan Bank Lippo. Namun, sejak terbongkarnya Skandal Lippo atau Lippogate yang menggegerkan dunia, James menjual Bank Lippo kepada Khazanah Nasional Berhad, perusahaan perbankan Malaysia yang sebelumnya telah membeli Bank Niaga. Bank Lippo kemudian dimerger dengan Bank Niaga menjadi sebuah bank bernama CIMB Niaga.
Sulit dibantah penjualan Bank Lippo oleh James Riady pada tahun 2008 itu untuk melepaskan keterikatan dan jejak Lippo Bank pada pribadi James Riady dalam skandal politik pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1996, di mana terungkap Bill Clinton presiden terpilih dari Partai Demokrat terbukti menerima bantuan sumbangan uang jutaan dolar Amerika dari banyak warga negara Amerika, China dan Indonesia untuk kepentingan pembiayaan kampanye selama pilpres AS tahun 1996.
Berdasarkan laporan hasil investigasi pihak otoritas AS diketahui sebagian besar uang sumbangan untuk Clinton itu berasal penyumbang yang menerima transfer dari Bank Lippo Jakarta.
Penelusuran lebih lanjut membuktikan uang yang ditransfer Bank Lippo Jakarta kepada para penyumbang dana kampanye Clinton, bersumber dari China Resources Ltd, Hong Kong. Sebuah Perusahaan kedok dari China Military Inteligence (CMI) atau Intelijen Militer China.
Singkatnya, pemerintah China terbukti terlibat dalam pemilihan presiden AS pada tahun 1996. Keterlibatan China ini sekurang-kurangnya pada pemberian bantuan uang untuk pemenangan capres Bill Clinton dari Partai Demokrat. Sumbangan uang dari luar negeri terutama dari pemerintah negara lain untuk kampanye presiden AS adalah pelanggaran hukum atau ilegal.
Intervensi China pada pilpres AS pada tahun 1996 melalui Lippo Bank Jakarta ini menggegerkan jagat politik AS dan dunia. Skandal ini kemudian terkenal dengan nama Lippogate. James Riady adalah tokoh sentral di tengah pusaran skandal politik yang paling menghebohkan dan memalukan sepanjang sejarah pilpres AS.
Dampak dari terbongkarnya intevensi China dalam pilpres AS untuk membantu kemenangan Clinton, membuat rakyat Amerika menjuluki Bill Clinton sebagai Presiden China Amerika.
Lippogate terjadi dari hubungan pribadi sangat erat antara James Riady dengan Bill Clinton dan Hilary Clinton selama mereka bergaul di Little Rock City, Arkansas sejak tahun 1985 atau jauh sebelum Clinton terpilih pertama kali sebagai presiden AS pada tahun 1992.
Hubungan persahabatan James dan Bil Clinton ditenggarai bukan suatu hal yang insidental atau kebetulan belaka. Pihak FBI, CIA, Kongres dan komunitas politik AS meyakini hubungan erat James dan Clinton merupakan hasil dari suatu operasi intelijen yang terencana matang, dilakukan pemerintah China untuk membangun hubungan pribadi antara agen-agen intelijen China demgan para tokoh negara asing yang diprediksi intelijen China potensial menjadi para calon pemimpin di negara asing. Dan Clinton adalah salah satu dari banyak tokoh AS yang didekati agen intelijen China jauh sebelum mereka menjadi pemimpin puncak di Amerika Serikat.
Kilas Balik Lippogate
Pada tahun 1995, Clinton mengkhawatirkan pemilihan presiden tahun 1996 mendatang. Partai Demokrat benar-benar hancur lebur dalam kontes paruh waktu 1994. Partai Republik telah mencatat kemengan besar mengambil alih kendali mayoritas di DPR dan Senat AS untuk pertama kalinya sejak 1954.
Bukan hanya posisi GOP (grand old party, nama populer Partai Republik AS) yang berada pada posisi yang tepat untuk memenangkan pemilihan presiden tahun 1996. GOP juga meningkatkan keunggulan dalam penggalangan dana kampanye pilpres jauh di atas perolehan dana Demokrat. Berbagai kalangan bahkan secara terbuka mempertanyakan apakah Clinton masih relevan untuk terus mengikuti debat kebijakan capres.
Bayangan kekalahan Clinton pada pilpres AS tahun 1996 nampak tak terhindarkan mengingat bencana kekalahan Clinton dalam meloloskan program jaminan kesehatan dan kekalahan telak Partai Demokrat dalam pemilihan sela anggota DPR dan Senat.
Menyusul penampilan buruk Partai Demokrat di tahun 1994, Clinton telah memecat tim konsultan yang telah membawanya kepada kemenangan pada pilpres tahun 1992. Clinton kembali meminta bergabung ahli strategi James Carville, pakar pooling Stanley Bernhard Greenberg, dan penasihat media Mandy Grunwald. Ketika itu tidak ada yang meramalkan kekalahan capres Partai Republik pada pilpres 1996.
Di tim Clinton juga ada seorang mantan penasihat Clinton ketika ia masih sebagai politisi di Arkansas, Dick Morris. Morris adalah ‘bebek aneh’ dalam banyak hal. Tidak biasa diantara para ahli strategi politik, dia pernah bekerja untuk kandidat kedua belah pihak. Biasanya, konsultan tidak melewati garis partai.
Morris tidak hanya dekat secara pribadi dengan Clinton, tapi dia juga mempertahankan hubungan baik dengan Senator Republik Trent Lott, salah satu pemimpin puncak GOP di Senat.
Morris menghubungan Lott dengan Clinton ketika tidak ada satupun konsultan Clinton di Washington yang bisa menggaetnya.
Ketika Clinton kalah pada pemilihan kembali Gubernur Arkansas, dia beralih ke Morris untuk menyelamatkan karier politiknya yang terancam gagal.
Bekerja sama dengan Bill dan Hilary Clinton, Morris telah menghidupkan kembali karir gubernur tersebut dan membantu menempatkannya sebagai seorang yang sentris, bukan seorang liberal, Demokrat.
Dari Morris datang rekomendasi sebagai berikut: Untuk memenangkan kampanye presiden 1996, Clinton harus menayangkan iklan televisi sejak awal yang memuji segala catatan keberhasilnya.
Partai Republik yang menjadi pengendali mayoritas Kongres telah mengembangkan sebuah agenda baru yang berani yang dikenal sebagai Kontrak dengan Amerika. Ini menyusun paket legislatif yang ambisius yang dirancang untuk mengurangi anggaran pemerintah federal, menciptakan peluang usaha masyarakat, memotong pajak, dll.
Agenda ambisius semacam itu pasti akan memancing reaksi balik dari masyarakat yang sedang dilanda perubahan besar-besaran. Tujuan pemasangan iklan di masa-masa awal kampanye adalah untuk membuat Partai Demokrat sebagai benteng pertahanan melawan rencana ekstrim Partai Republik,
dengan mengembangkan sebuah agenda alternatif untuk melindungi program Medicare, pendidikan, dan lingkungan, dan kemungkinan calon presiden Bob Dole dari Partai Republik bertahan dari awal karena hubungannya dengan Ketua DPR Newt Gingrich yang tidak populer.
Hanya ada satu masalah dengan strategi ini. Ini akan menghabiskan banyak uang dan membahayakan kemampuan presiden untuk tetap berada dalam batas pengeluaran resmi pemerintah. Setiap calon pemilih diminta untuk tetap berada di dalam anggaran sekitar $ 65 sampai $ 70 juta. Uang ekstra bisa dihabiskan melalui kelompok independen dan mengeluarkan iklan, berdasarkan putusan pengadilan yang telah dibuat sejak 1992. Namun, dorongan penggalangan dana harus dilakukan dengan kecepatan tinggi. Presiden Clinton akan membutuhkan lebih banyak uang daripada yang pernah diajukan sebelumnya dalam sebuah kampanye kepresidenan.
Biasanya, kandidat tidak suka menghabiskan uang mereka yang terbatas untuk iklan di awal kampanye. Hampir semua penasihat Clinton menentang rencana Morris. Muncul di televisi selama 18 bulan sebelum pemilihan itu menggelikan, mereka berpendapat, karena pemilih tidak memperhatikan jauh sebelumnya. Jauh lebih penting untuk menghemat uang sampai akhir ketika pemilih yang belum memutuskan selesai dan pemilihan tergantung pada keseimbangan.
Penasihat ini mengakui bahwa sejumlah uang dapat terhindar dari tutup pengeluaran dengan menggunakan iklan isu yang dibiayai melalui Komite Nasional Demokratik yang tidak akan dihitung berdasarkan batas pemilihan Clinton. Di antara keputusan pengadilan tentang pengeluaran independen dan advokasi isu, jelas uang tunai dapat disalurkan ke iklan pemilihan yang akan membuat kasus Clinton.
Namun, dalih rekomendasi Morris jelas bagi semua pihak yang terlibat. Ini tidak akan menjadi kampanye normal. Clinton membutuhkan banyak uang dan dia akan membutuhkannya di depan. Gedung Putih harus sangat serius dengan penggalangan dana. Ini harus memulai obsesi penggalangan dana yang akan melibatkan usaha semua orang, mulai dari presiden dan Ibu Negara hingga wakil presiden dan staf mereka. Tidak ada yang terhindar dari fiksasi mengumpulkan uang.
Dari mana Demokrat bisa mendapatkan uang yang sedang sangat dibutuhkan? Partai mereka tidak lagi menguasai Kongres sehingga tidak mudah mengumpulkan dana dari kelompok kepentingan yang menginginkan akses ke proses legislatif Kongres. Partai Demokrat tidak memiliki ketua komite di Kongres sehingga mereka tidak dapat menawarkan janji kepada korporasi dan kelompok kepentingan yang kaya.
Sebagai gantinya, sebuah rencana baru diresmikan. Demokrat akan mengembangkan rencana kreatif untuk memperluas kumpulan donor. Tipe konstituen baru yang sebelumnya tidak mendapat banyak perhatian akan dimobilisasi. Kelompok-kelompok seperti Asia-Amerika dan perusahaan asing dengan anak perusahaan Amerika akan digenjot. Sumber daya mereka diharapkan mampu mendanai upaya Clinton kembali memenangkan pilpres AS.
Selama 10 bulan, Clinton menghadiri 237 penggalangan dana dan mengumpulkan total $ 119,2 juta. Jumlah ini lebih dari dua kali jumlah penggalangan dana yang telah diselenggarakan oleh Presiden Bush pada tahun 1992. Clinton berhasil dalam usaha penggalangan dana dan optimis memenangkan pemilihan ulang atas Dole.
Tapi dalam prosesnya, pilpres diliputi skandal penggalangan dana yang mengguncang semua pemimpin politik yang terlibat . Skandal bantuan sumbangan uang kampanye kembali menghantui Presiden Clinton.
Arkansas Connection
Untuk keberhasilan rencana penggalangan dana, Clinton berpaling ke beberapa teman lama dari Arkansas, khususnya James Riady pemilik sebuah bank kecil di Little Rock yang bernama Worthen Bank. James dan bank miliknya juga melakukan bisnis dengan Law Firm Rose. Sebagai bagian dari bisnis perbankan, James telah sejak bertahun tahun sebelumnya berteman dengan Gubernur Clinton dan Hilary Clinton.
Bank Worthen dan berbagai perusahan James Riady di AS merupakan bagian dari kerajaan bisnis yang beroperasi di seluruh dunia dengan nama Grup Lippo. Bisnisnya meliputi perbankan, real estat, energi, media dll. Pengendali utama Grup Lippo adalah Muchtar Riady, ayah James Riady salah seorang pengusaha terkaya Indonesia.
Di antara banyak staf eksekutif Riady di Amerika Serikat ada seorang pria berusia 51 tahun bernama John Huang. Lahir di China pada tahun 1945, keluarga Huang telah bermigrasi ke Taiwan pada tahun 1949 ketika komunis mengambil alih daratan. Ayahnya adalah jenderal di Angkatan Darat Nasionalis China. Huang lulus dari Tatung Institute of Technology pada tahun 1967 dan menjabat sebagai letnan kedua di Angkatan Udara Taiwan. Dia pindah ke Amerika pada tahun 1969 dan memperoleh gelar master dalam bisnis dari University of Connecticut. Huang menjadi warga negara AS yang dinaturalisasi pada tahun 1976.
Huang awalnya dipekerjakan sebagai trainee di American Security Bank di Washington, D.C., Huang akhirnya dipromosikan menjadi asisten wakil presiden. Pada tahun 1985, dia dipekerjakan sebagai wakil presiden eksekutif divisi perbankan dunia Lippo di Hong Kong.
Setahun kemudian, dia dipromosikan menjadi presiden dan chief operating officer Lippo Bank of Los Angeles, milik James Riady.
Huang adalah seorang agen China yang sedang dalam menjalankan misi. Dia ditugaskan meningkatkan pengaruh politik orang Asia-Amerika. Huang Tinggal di Los Angeles, dan melihat bahwa orang Asia-Amerika meningkat dalam pengaruh sosial ekonomi dan politik secara lokal, namun tidak pernah dianggap serius dalam kancah politik nasional.
Berbicara pada sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh China Americans United untuk Self-Empowerment, Huang mendesak para anggota untuk terlibat aktif dalam proses politik. “Jangan hanya menghasilkan uang,” katanya. “Terlibatlah, ini negaramu.”
Menjelang pilpres tahun 1992, Huang mengadakan penggalangan dana yang sangat berhasil untuk Clinton di California yang menghasilkan seperempat juta dolar dari orang Asia-Amerika di wilayah Los Angeles.
Ini adalah pertama kalinya orang Asia-Amerika begitu aktif dalam politik kepresidenan. Namun, terlepas dari upaya ini, Clinton kehilangan suara Asia-Amerika ke George Bush sebesar 55 sampai 31 persen.
Pada tahun 1994, setelah menerima bonus $ 879.000, Huang meninggalkan Grup Lippo untuk menduduki posisi teratas di Departemen Perdagangan Kabinet Clinton. Dia adalah pejabat keturunan Asia Amerika yang menduduki posisi tertinggi di Departemen Perdagangan AS. Huang menjabat sebagai wakil asisten menteri untuk kebijakan ekonomi internasional.
Dengan posisi itu Huang “memiliki akses ke kabel kedutaan, laporan intelijen dan informasi rahasia yang digunakan untuk mengembangkan kebijakan perdagangan A.S. Ini termasuk posisi pemerintah dalam negosiasi aktif, diskusi tentang sanksi perdagangan dan kegiatan pemerintah asing dan pesaing dari negara asing.
“Pada beberapa kesempatan, Huang dan James Riady, mengadakan pertemuan pribadi dengan presiden di Gedung Putih. Huang sendiri mengunjungi Gedung Putih 52 kali terpisah.
Kampanye Presiden 1996
Pada bulan Desember 1995, Huang pindah ke posisi penggalangan dana pada Komite Nasional Demokrat. Menurut catatan DNC yang dijelaskan dalam “Rencana Kampanye Nasional Asia Pasifik Amerika,” partai tersebut berharap dapat mengumpulkan $ 7 juta dari orang Asia-Amerika. Meskipun orang Asia-Amerika hanya sekitar 1 persen suara nasional, usaha ini merupakan bagian dari langkah umum untuk memobilisasi kelompok baru untuk tujuan penggalangan dana dan membawa mereka ke dalam proses politik nasional.
Segera setelah kedatangan Huang, kontribusi luar biasa sumbangan dana mulai masuk. Perusahaan Korea Selatan bernama Cheong Am America, Inc. menyumbangkan $ 250.000. Sebuah acara di sebuah kuil Budha mengumpulkan $ 140.000. Pasangan suami istri asal Indonesia memberi $ 425.000 ke DNC (Democrat National Commite).
Penggalangan dana pada bulan Juli 1996 di Los Angeles menghasilkan setengah juta dolar untuk dana kampanye Clinton. Presiden Clinton berterima kasih secara terbuka mengakui keberhasilan Huang, ajudan DNC-nya.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman lama John Huang karena sangat efektif,” kata Clinton. “Terus terang, dia sangat efektif, saya kagum kepada Anda. Mari semua beri applus untuknya malam ini.”
Dalam waktu singkat dan tanpa pengalaman substansial dalam bidang penggalangan dana politik, Huang telah mengumpulkan beberapa juta dolar untuk kepentingan capres Clinton.
Tapi wartawan berita mulai belajar informasi yang sangat mengganggu ini. Perusahaan Korea Selatan yang telah menyumbangkan seperempat juta dolar ternyata tidak memiliki anak perusahaan di A.S. dan tidak melakukan bisnis di Amerika. Itu membuat pemberian itu sebagai sumbangan ilegal. Menurut undang-undang federal, adalah melanggar hukum bagi warga negara asing atau perusahaan asing untuk menyumbangkan uang kepada kandidat A.S. atau partai politik. Anak perusahaan Amerika dari perusahaan asing bisa memberikan kontribusi, asalkan uang itu dibuat dari operasi perusahaan di Amerika Serikat. Jadi, orang asing yang tinggal secara legal di Amerika Serikat, selama mereka mempertahankan tempat tinggal orang Amerika, uang mereka adalah uang mereka, dan itu tidak datang dari luar negeri.
Aturan terakhir adalah masalah bagi pasangan Indonesia. Arief dan Soraya Wiriadinata memberikan DNC $ 425.000 melalui Huang. Kontribusi sumbangan tersebut tampak mencurigakan karena pria tersebut adalah seorang arsitek lanskap yang tinggal di sebuah townhouse Virginia yang sederhana. Sang istri, bagaimanapun, adalah putri seorang pengusaha kaya Indonesia, Hashim Ning, yang memiliki saham di Grup Lippo. Setelah memberi sumbangan itu, mereka kembali ke Jakarta.
Acara pengumpulan sumbangan di Kuil Budha juga melanggar hukum. Para biarawati yang telah bersumpah hidup miskin diberi uang tunai ribuan dolar dan kemudian diminta memberikan kontribusi atas nama mereka sendiri kepada Partai Demokrat oleh pihak tertentu. Hal ini tidak hanya terlihat ilegal secara politis, seperti akibat penggalangan dana terlarang, lebih dari itu perbuatan ini adalah pelanggaran hukum federal yang berat.
Orang diizinkan menyumbangkan uang hanya jika itu milik mereka sendiri. Uang tunai yang diberikan kepada mereka oleh orang lain tidak dapat disumbangkan ke kampanye politik. Ancaman hukumannya maksimal dua puluh tahun seperti pernah terjadi sebelumnya.
Berita tentang pelanggaran dana kampanye Clinton meluas dan terungkap keluar beberapa minggu sebelum pemilihan presiden karena Demokrat diminta untuk mengajukan laporan penggalangan dana pra-pemilu.
Bob Dole capres Republik berkomentar sangat kritis mengenai hal itu, “Kami tidak bisa membiarkan pengaruh politik orang Amerika sebanding dengan uang asing,” katanya. Tidak benar apa yang Clinton lakukan. Undang-undang federal jelas melarang pemberian seperti yang telah ditemukan pada Partai Demokrat dan Clinton”.
Juru bicara Demokrat menuduh GOP munafik. Muncul di acara wawancara CBS “Face the Nation,” Ketua Nasional DNC Christopher Dodd mencatat bahwa praktik penggalangan dana ini adalah hal-hal “yang dilakukan kedua pihak.”
Dia berargumen, “Kita perlu membersihkan ini. Kami hanya berharap Komite Nasional Republik akan melakukan langkah-langkah serupa …. Saya tidak mendengar keluhan yang sama … ketika kampanye Dole mendapatkan $ 400.000 dari Brown & Williamson Tobacco Co. dari London. “
Tuduhan Dodd dituding tidak fair oleh Republik, karena Brown & Williamson adalah perusahaan internasional dengan anak perusahaan Amerika yang besar. Hadiah kampanye dari perusahaan itu jelas legal. Tidak ada keraguan tentang keabsahan kontribusi tersebut. Namun, Dodd membuatnya terdengar seolah-olah Republikan mengumpulkan uang secara ilegal dari luar negeri dengan mencatat markas besar London Brown & Williamson.
Kepala Staf Gedung Putih Leon Panetta bahkan lebih tumpul. Dia menuduh Partai Republik telah mengambil “$2,4 juta, $ 2,5 juta dari anak perusahaan perusahaan asing.” Pesan subliminal itu jelas. Demokrat seharusnya tidak dihukum atas apa yang dilakukan semua pihak.
Sekali lagi, retorika Demokrat itu dirancang untuk mengaburkan kebenaran. Bukan ilegal mengumpulkan uang dari anak perusahaan Amerika dari perusahaan asing. Undang-undang itu terkenal pada saat ini.
Kemudian, berusaha untuk menginokulasi Clinton dari kerusakan politik lebih lanjut, Panetta mencatat bahwa ketua keuangan Dole Simon Fireman “akan dipenjara minggu ini sampai sekitar enam bulan di penjara” karena pelanggaran pembiayaan kampanye. Hukuman pemadam kebakaran telah dilewati dalam waktu singkat, tidak biasa untuk kasus penggalangan dana kampanye yang umumnya diseret selama bertahun-tahun di pengadilan. Itu adalah satu-satunya kasus sumbangan ketika Demokrat mengetahui bahwa Dole rentan.
Untuk membuat poin lebih jelas lagi, kampanye Clinton mulai menayangkan iklan televisi menuduh Dole “serangan putus asa” di front keuangan kampanye. Partai Republik, tempat yang diproklamirkan, bersalah atas masalah yang sama. GOP mengumpulkan uang dari perusahaan luar negeri, seperti “minyak asing, tembakau asing, perusahaan obat asing.” Meskipun benar, pemberian semacam itu tidak ilegal karena masing-masing perusahaan asing ini memiliki anak perusahaan Amerika yang mendanai kontribusi kampanye tersebut kepada kandidat Partai Republik.
Namun, terlepas dari adanya pertahanan publik ini, muncul masalah lain bagi Demokrat. Yogesh Gandhi, keponakan agung Mahatma Gandhi, menyumbang $ 325.000 kepada DNC setelah mendapat permintaan sumbangan dari Huang.
Komplikasinya adalah bahwa menurut catatan negara bagian California, pria berusia 47 tahun itu menunggak denda uang tebusan 10.000 dolar, Gagal membayar denda lalu lintas, berutang uang kepada teman-temannya. Dia juga merupakan subjek dari setidaknya dua keputusan hukum untuk tagihan yang belum dibayar. Dalam sebuah pengadilan di bulan Agustus, Gandhi mengklaim bahwa semua pendapatannya berasal dari kepercayaan keluarga yang terletak di India. Ini adalah pemberian ilegal menurut undang-undang penggalangan dana A.S..
Pada akhirnya, tidak satu pun dari kontroversi keuangan kampanye ini melukai Presiden Clinton, meskipun mereka berhasil menekan marjin Demokrat dan membuat Partai Republik memegang kendali mayoritas atas DPR dan Senat.
Dia meraih kemenangan atas Dole dan meningkatkan pemungutan suara Asia-Amerika dari 31 persen pada tahun 1992 menjadi 43 persen pada tahun 1996. Namun, Dole masih mengalahkannya dengan mengumpulkan 48 persen dari kelompok pemilih ini.
Dengan menuduh Partai Republik terlibat dalam praktik penggalangan dana yang sama jahatnya dengan Demokrat, Clinton menetralisir masalah yang bisa meledak di wajahnya. Satu-satunya ancaman yang menjulang di cakrawala adalah penyelidikan kongres. Setelah mengumpulkan $ 150 juta lebih banyak daripada Demokrat, Partai Republik tetap memegang kendali atas DPR dan Senat. Anggota Kongres dari GOP dicoret karena merasa presiden mendapat keuntungan yang tidak adil atas partai mereka melalui iklan awal yang didanai oleh hadiah ilegal.
Investigasi Pasca Pemilihan Presiden
Setelah pemilihan, GOP dengan cepat bergerak menuju penyelidikan skala penuh. Apa yang telah dilakukan Demokrat selama pemilihan ini tidak hanya merupakan hal yang sama lamanya.
DNC telah menangguhkan pemeriksaan latar belakang pada donor partai, yang sebelumnya telah membantu memastikan bahwa uang berasal dari sumber yang sah. Partai tersebut telah mengumpulkan jutaan dolar dari sumber asing yang dipertanyakan.
Meski pada akhirnya, DNC mengembalikan $ 1,6 dari $ 3,4 juta yang telah dihasilkam oleh Huang.
Ketika informasi lebih lanjut terungkap mengenai kegiatan Huang, catatan telepon mengungkapkan bahwa Huang telah mencurahkan sebagian besar waktunya di Departemen Perdagangan untuk hubungan ekonomi dengan Indonesia, China, dan negara-negara Asia lain di mana Lippo Grup memiliki kepentingan bisnis.
Di antara kegiatan di mana Huang terlibat adalah “pertemuan untuk mengembangkan strategi komersial antara Amerika Serikat dan Pasifik, untuk menyelenggarakan Konferensi Ekonomi Pasifik Asia tahunan, untuk merencanakan misi dagang mantan Menteri Perdagangan Ronald H. Brown 1994 ke China dan berkonsultasi dengan pejabat kantor Perwakilan Perdagangan AS. ” Selama 13 bulan, Huang telah memperoleh setidaknya 35 briefing mengenai intelijen luar negeri A.S., terutama yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi A.S. mengenai China.
Sebagai birokrat tingkat menengah, Huang dipertanyakan mengapa bisa memiliki akses sangat mudah ke Gedung Putih. Dia memulai dan berbicara dengan Webster Hubbell, mantan jaksa agung yang terpaksa mengundurkan diri karena ketidakberesan keuangan.
Hubbell adalah seorang konsultan dengan Lippo Group sebelum menjalani masa hukuman dua tahun penjara. Huang juga melakukan percakapan reguler dengan Mark Middleton, yang merupakan penghubung Gedung Putih dengan komunitas bisnis. Rekaman video Gedung Putih menunjukkan Huang sebagai tamu yang sering menemui Clinton.
Adalah merupakan kekhawatiran anggota Kongres melihat hubungan orang Tionghoq dengan Presiden AS. Dalam salah satu kunjungan Huang ke Gedung Putih untuk bertemu dengan Clinton, James Riady telah mendesak presiden “untuk mengintensifkan usaha di China.”
Secara khusus, Riady sangat menginginkan presiden “untuk memisahkan hak perdagangan China dari masalah hak asasi manusia. Sudah waktunya untuk mengembangkan hubungan ekonomi yang lebih erat dengan China”. Pengaruh dan tekanan James Riady kepada Preziden Clinton dipastikan sebagai penyebab dibatalkan penjatuhan sanksi ekonomi yang berat oleh Amwrika kepada China, yang telah dikecam dunia melanggar HAM berat dalam pembantaian massal mahasiswa di Lapangan Tian An Men, Beijing,
Pemilik restoran Arkansas Charlie Yah Lin Trie, seorang teman lama Clinton, tertarik untuk menjembatani jurang antara Amerika Serikat dan China. Setelah menyumbang $ 639.000 untuk dana kampanye Clinton,
Trie diarahkan Clinton ke komisi negara untuk mengeksplorasi perdagangan A.S.-Asia. Dia kemudian mengatur agen senjata dari China bernama Wang Jun untuk menemui Presiden Clinton di sebuah klub kopi.
Semua ini sangat mengganggu Senator Fred Thompson yang memimpin Komite Senat dan Pengawasan yang menyelidiki penyimpangan keuangan kampanye. Bersama dengan anggota komite lainnya, dia telah menerima pengarahan FBI yang mengklaim bahwa pemerintah China memiliki rencana sistematis untuk mempengaruhi pemilihan presiden tahun 1996.
Dengan menggunakan ahli yang mempelajari bisnis internasional, panitia mendengar kesaksian bahwa Lippo Grup telah “mengalihkan pusat strategisnya dari Indonesia ke China.” Sebagian besar kliennya saat ini berpusat di seputar usaha patungan dengan China Resources, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah China.
Menurut para ahli, China mempekerjakan perusahaan itu “sebagai agen spionase – ekonomi, militer dan politik.”
Selama 17 bulan di Departemen Perdagangan, Huang membuat lebih dari 400 telepon ke Grup Lippo dan juga menggunakan kantor pribadi yang disewa oleh perusahaan Arkansas yang memiliki hubungan dengan Lippo.
Pada satu titik, dia menulis sebuah memo yang meminta Lippo untuk mengirim uang dari Indonesia sehingga dia bisa memberikan kontribusi $ 50.000 kepada partai Demokrat. Ini memberikan bukti paling langsung bahwa Huang telah menyalurkan uang ilegal dari luar negeri ke dalam kampanye Amerika.
Membuktikan hubungan kebijakan ke China, jauh lebih sulit dan pada akhirnya tidak meyakinkan dalam laporan penyelidikan.
Tidak seperti negara lain, China tidak terbuka kepada penyelidik keuangan. Sementara panitia menghasilkan bukti tidak langsung yang menghubungkan Huang ke Lippo dan pemerintah China, terbukti hampir tidak mungkin menemukan bukti langsung hubungan tersebut.
Meski begitu, kesan yang ditinggalkan oleh penyelidikan ternyata tidak menguntungkan. Seperti yang dikatakan Senator Demokrat Joseph Lieberman, “jika Anda meminta, akan ada orang-orang yang siap untuk membeli, dan beberapa di antaranya tidak akan memiliki motif bagus.”
Kehebatan James Riady mengacak-acak pemilihan presiden AS, membantu kemenangan Presiden Clinton, semakin mengukuhkan posisi politik dan pribadinya sebagai lingkaran dalam Clinton yang sangat berpengaruh di dunia,
Prabowo Korban Janji Manis James Riady ?
Lain Amerika lain Indonesia. Tidak ada yang tahu persis operasi intelijen dan intervensi China dalam pemilihan presiden di Indonesia. Yang dapat dipastikan adalah keberadaan James Riady dan Lippo Grup di Indonesia tidak lepas dari kegiatan spionase, politik dan militer, untuk kepentingan pemerintah China.
Menjelang pilkada serentak 2018, James Riady telah berhasil mengunci kegagalan salah satu penentangnya, Deddy Mizwar. Bahkan seorang calon presiden yang dicitrakan anti China dan patriot nasionalis Prabowo Subianto, demgan mudah tunduk di kaki James Riady.
Sikap lemah tunduk dan patuh Prabowo pada kehendak James Riady yang minta penarikan dukungan Partai Gerindra kepada Deddy Mizwar sebagai cagub Jawa Barat, kemungkinan tidak didasarkan kompensasi materi belaka, melainkan juga janji manis angin surga dari James kepada Prabowo terkait pilpres 2019. Jika janji James ini ditelan mentah-mentah oleh Prabowo, sebaiknya ia siap sedia menelan kekecewaan.
Sudah jadi rahasia umum bahwa James Riady adalah sutradara politik yang memungkinkan Jokowi menjadi presiden mengalahkan Prabowo pada pilpres 2014 lalu.
Sudah bocor informasi bahwa pada pilpres 2019 mendatang kemungkinan besar James Riady mendukung pasangan Jokowi-Agus Yudhoyono. Kesepakatan mengenai koalisi SBY – James Riady ini sudah direstui Partai Demokrat dan Partai Republik AS. Bahkan disebut-sebut koalisi partai pengusung Jokowi-AHY sudah dapat dipastikan dari PD-PKB-Nasdem.
Dengan demikian kemenangan pasangan Jokowi-AHY pada pilpres 2019 sulit untuk dicegah. Lalu, di mana posisi Prabowo? Apakah beliau akan jadi korban pengkhianatan lagi untuk kesekian kali: Dikhianati Megawati, Jokowi, Ahok dan terakhir oleh SBY.
Dikhawatirkan, Prabowo tidak mampu bertahan dari pengkhianatan terakhir yang kemungkinan besar datang dari James Riady. Dikhawatirkan hasil pilpres 2019 ibarat menggali lubang kubur untuk Prabowo sendiri.